Harga Minyak Dunia Meroket Akibat Gangguan Pasokan dari Jalur Pipa Rusia

Harga Minyak Dunia Meroket Akibat Gangguan Pasokan dari Jalur Pipa Rusia

JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami peningkatan yang signifikan pada Selasa, 18 Februari 2025, akibat gangguan pasokan setelah serangan drone menargetkan infrastruktur minyak Rusia. Hal ini mengakibatkan peningkatan harga yang mempengaruhi pasar global.

Menurut laporan dari Reuters, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2025 melonjak sebesar USD1,11 atau sekitar 1,6 persen, mencapai USD71,85 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman April 2025 naik 62 sen atau sekitar 0,8 persen, mencapai USD75,84 per barel di London ICE Futures Exchange.

Pemicu Kenaikan Harga

Lonjakan harga minyak ini terjadi setelah adanya serangan drone yang menghantam stasiun pompa minyak di Rusia. Insiden ini khususnya terjadi pada jalur pipa Konsorsium Caspian, yang merupakan jalur krusial dalam menyalurkan minyak dari Kazakhstan ke pasar internasional. Aliran minyak yang biasanya mengalir melalui jalur pipa ini berkurang drastis antara 30 hingga 40 persen. Menurut pernyataan Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, pengurangan 30 persen tersebut setara dengan penurunan pasokan minyak sekitar 380.000 barel per hari.

Novak menegaskan dampak signifikan dari insiden ini terhadap perdagangan minyak global. “Situasi ini menunjukkan betapa rentannya infrastruktur energi terhadap ancaman keamanan. Kami harus meningkatkan proteksi untuk pencegahan kejadian serupa di masa mendatang,” ujarnya.

Dampak terhadap Pasar Global

Peningkatan harga minyak ini di era kebangkitan ekonomi global pasca-pandemi tentunya memunculkan kekhawatiran. Harga minyak yang tinggi akan memicu inflasi, menggerek biaya produksi, dan mempengaruhi harga bahan bakar di seluruh dunia. Bagi negara-negara importir minyak seperti Tiongkok, India, dan beberapa negara Eropa, situasi ini bisa menjadi tantangan besar dalam mengelola ekonomi domestik mereka.

Mark Thompson, seorang analis energi senior di New York, menjelaskan, “Harga minyak yang tinggi cenderung mempengaruhi daya beli konsumen. Ini bisa berdampak negatif pada pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung di banyak negara.”

Reaksi Pasar dan Strategi Antisipasi

Para pelaku pasar diperkirakan akan menyesuaikan strategi mereka dengan mempertimbangkan potensi kenaikan lebih lanjut harga minyak. Beberapa negara mungkin akan mempertimbangkan untuk membuka cadangan strategis mereka guna menstabilkan harga di pasar domestik.

Pemerintah Rusia sendiri diprediksi akan meningkatkan keamanan instalasi penting mereka guna mencegah serangan lebih lanjut. Peningkatan distribusi minyak dari sumber alternatif juga menjadi solusi sementara untuk mengisi kekosongan pasokan.

“Stabilitas pasokan energi adalah kunci dalam menjaga keseimbangan pasar global. Setiap gangguan, seperti yang kita lihat sekarang, dapat memiliki dampak jangka panjang yang tidak bisa diremehkan,” tambah Novak.

Menghadapi situasi ini, pemerintah negara-negara penghasil dan konsumen minyak harus bekerja sama dalam memastikan kelangsungan pasokan minyak. Selain itu, investasi dalam energi terbarukan semakin mendesak untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi dan menghadirkan solusi jangka panjang bagi keberlanjutan energi global.

Di tengah situasi geopolitik dan fluktuasi pasar yang terus berubah, para penggerak industri energi perlu terus melakukan inovasi dan beradaptasi dengan perubahan demi menjamin keamanan pasokan serta stabilitas harga energi global di masa depan.

Kenaikan harga minyak yang terjadi saat ini menjadi pengingat akan kompleksitas industri minyak global yang sangat dipengaruhi oleh dinamika kekuatan geopolitik. Dengan menjaga dialog internasional yang konstruktif dan berfokus pada keamanan energi, diharapkan dunia dapat lebih siap menghadapi tantangan serupa di kemudian hari.