Waskita Karya Garap Proyek Budidaya Ikan Nila Salin Karawang

Rabu, 10 September 2025 | 09:02:22 WIB
Waskita Karya Garap Proyek Budidaya Ikan Nila Salin Karawang

JAKARTA - PT Waskita Karya Tbk (WSKT) kembali menunjukkan kiprahnya di sektor pembangunan dengan mengantongi kontrak baru bernilai ratusan miliar rupiah. Kali ini, proyek yang digarap bukan hanya terkait infrastruktur konvensional, melainkan menyentuh sektor perikanan yang berorientasi pada ketahanan pangan nasional.

Kontrak yang diperoleh berupa Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun Penyelesaian Modelling Budidaya Ikan Nila Salin di kawasan Eks Tambak Inti Rakyat (TIR) Karawang, Jawa Barat. Proyek ini memiliki nilai mencapai Rp 238,86 miliar, sebuah angka signifikan untuk program yang diproyeksikan memberi manfaat besar bagi masyarakat sekaligus pasar ekspor.

Corporate Secretary Waskita Karya, Ermy Puspa Yunita, menjelaskan bahwa pembangunan kawasan budidaya nila salin tersebut ditujukan untuk meningkatkan kapasitas produksi ikan. Menurutnya, permintaan pasar lokal dan internasional terhadap ikan nila salin terus tumbuh, sehingga dibutuhkan langkah konkret untuk memperkuat rantai produksi.

“Diharapkan budidaya ikan nila salin dapat dikembangkan serta dicontoh oleh masyarakat pembudidaya, khususnya yang berada di Pantura (Pesisir Utara) Jawa. Pasalnya, saat ini masih banyak tambak terbengkalai atau idle, sehingga perlu dimanfaatkan,” ujar Ermy.

Revitalisasi Tambak Idle di Pantura

Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa hingga saat ini masih terdapat sekitar 78.000 hektare tambak idle atau terbengkalai di sepanjang kawasan Pantura Jawa. Lahan yang terbengkalai tersebut sejatinya berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi tambak produktif, khususnya bagi budidaya ikan nila salin yang memiliki pasar menjanjikan.

Pemerintah pun telah menyiapkan rencana jangka panjang untuk merevitalisasi lahan tambak tersebut. Dengan menggandeng pihak swasta seperti Waskita Karya, langkah ini diharapkan mampu mempercepat pemanfaatan lahan tidur menjadi aset produktif. Proyek budidaya nila salin di Karawang ini menjadi salah satu langkah nyata dalam mewujudkan target tersebut.

Adapun lingkup pekerjaan konstruksi meliputi pembangunan kolam pembesaran seluas 230 hektare dan kolam pembenihan sekitar 36 hektare. Fasilitas tersebut juga dilengkapi dengan automatic feeder sebanyak 102 unit, rumah jaga tambak sebanyak 6 unit, rumah genset 20 unit, serta penangkal petir sebanyak 16 unit. Semua fasilitas itu dirancang untuk memastikan proses budidaya berjalan modern, efisien, dan berkelanjutan.

Solusi Ramah Lingkungan

Budidaya nila salin memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan jenis budidaya ikan lainnya. Salah satunya adalah dampaknya yang relatif kecil terhadap lingkungan. Hal ini karena ikan nila salin mampu tumbuh di perairan payau, sehingga memanfaatkan ekosistem yang selama ini kurang dioptimalkan.

Selain itu, ikan nila salin juga memiliki Feed Conversion Ratio (FCR) yang lebih rendah. Artinya, jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertumbuhan bobot ikan lebih efisien. Kondisi ini membantu mengurangi beban terhadap lingkungan sekitar serta menjaga keberlanjutan ekosistem lokal.

Waskita Karya turut menambahkan inovasi pada proyek ini dengan memanfaatkan geomembran sebagai dasar kolam budidaya. Teknologi ini menciptakan lingkungan kedap air yang stabil, menjaga kualitas air, serta meminimalisasi risiko kontaminasi dari tanah.

“Penggunaan geomembran bertujuan untuk menciptakan lingkungan kedap air yang stabil, menjaga kualitas air, dan meminimalisir kontaminasi tanah,” jelas Ermy.

Dorongan bagi Ekonomi Lokal

Lebih dari sekadar proyek infrastruktur, pembangunan kawasan budidaya nila salin ini diharapkan memberikan efek berantai terhadap perekonomian masyarakat. Para pembudidaya lokal bisa menjadikan kawasan ini sebagai model pengembangan tambak, sehingga lahan-lahan idle di Pantura dapat kembali dimanfaatkan secara produktif.

Dengan dukungan infrastruktur modern, para petambak dapat meningkatkan hasil panen mereka sekaligus menekan biaya produksi. Hal ini penting, terutama di tengah tingginya kebutuhan protein ikan dan permintaan pasar ekspor yang terus meningkat.

Waskita Karya pun menegaskan bahwa proyek ini bukan hanya memberikan nilai tambah dari sisi bisnis, melainkan juga menjadi bagian dari kontribusi nyata dalam mendukung program ketahanan pangan nasional.

Menatap Proyek Strategis Lain

Keberhasilan meraih kontrak senilai Rp 238,86 miliar ini semakin menegaskan kiprah Waskita Karya dalam memperluas portofolio proyek. Tidak hanya terfokus pada pembangunan jalan, jembatan, maupun gedung, perusahaan juga mulai menjajaki proyek strategis di sektor lain yang berkaitan langsung dengan kebutuhan masyarakat.

Dengan rekam jejaknya yang panjang, Waskita Karya diharapkan mampu menyelesaikan proyek budidaya nila salin di Karawang tepat waktu dengan standar mutu yang tinggi. Jika proyek ini berhasil, bukan tidak mungkin model serupa akan dikembangkan di wilayah Pantura lainnya untuk mempercepat revitalisasi tambak idle.

Secara keseluruhan, kontrak baru yang diraih Waskita Karya ini menjadi bukti bahwa sektor konstruksi dapat berperan besar dalam mendukung ketahanan pangan. Lewat inovasi, teknologi, serta kolaborasi dengan pemerintah, proyek budidaya nila salin ini diproyeksikan membuka jalan bagi pemanfaatan lebih luas lahan-lahan tambak yang selama ini tidak produktif.

Terkini