Sabtu, 06 September 2025

Harga Minyak Dunia Menguat, Pasar Menanti Keputusan OPEC

Harga Minyak Dunia Menguat, Pasar Menanti Keputusan OPEC
Harga Minyak Dunia Menguat, Pasar Menanti Keputusan OPEC

JAKARTA - Kenaikan harga minyak dunia kembali menjadi sorotan menjelang pertemuan penting OPEC+ pekan ini. Sentimen geopolitik, sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran, hingga ketegangan di kawasan Timur Tengah dan Eropa, menjadi faktor utama yang mendorong pergerakan pasar.

Pada perdagangan Selasa, 2 September 2025, harga minyak mentah ditutup menguat lebih dari 1%. Brent naik US$ 0,99 atau 1,45% menjadi US$ 69,14 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) menanjak US$ 1,58 atau 2,47% ke level US$ 65,59 per barel. Penguatan ini terjadi setelah libur Hari Buruh di AS sehari sebelumnya.

Sanksi Baru AS dan Dampaknya

Baca Juga

Lonjakan BBM Non Subsidi Bikin Stok SPBU Swasta Menipis

Pemerintah AS melalui Departemen Keuangan mengumumkan sanksi terhadap jaringan pelayaran yang dipimpin seorang pengusaha Irak-Kittitia. Jaringan ini dituduh menyelundupkan minyak Iran dengan mengubah identitasnya seolah-olah minyak Irak. Langkah ini mempertegas strategi Presiden Donald Trump yang terus menekan Iran di tengah kebuntuan perundingan nuklir.

“Tekanan AS terhadap ekspor minyak Iran jelas menjadi faktor pendorong harga hari ini,” ujar Phil Flynn, analis senior Price Futures Group.

Sanksi tersebut menambah ketat pasokan global. Pasar menilai setiap pembatasan baru akan mempersempit akses pembeli terhadap pasokan dari jalur abu-abu, sehingga harga cenderung bertahan di level tinggi.

Menanti Pertemuan OPEC+

Investor kini mengarahkan perhatian pada pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan berlangsung pada 7 September 2025. Delapan negara anggota, termasuk Arab Saudi dan Rusia, diperkirakan belum terburu-buru mencabut pemangkasan produksi sukarela.

Menurut analis energi independen, Gaurav Sharma, OPEC+ kemungkinan menunggu data tambahan terkait permintaan bahan bakar setelah puncak musim panas di AS sebelum mengambil langkah besar. Hal ini menegaskan sikap hati-hati kelompok produsen terbesar dunia dalam menjaga stabilitas harga.

Di sisi lain, informasi dari tiga sumber Reuters menyebutkan bahwa Saudi Aramco bersama SOMO (perusahaan minyak Irak) telah menghentikan suplai ke Nayara Energy India. Keputusan ini diambil setelah Uni Eropa menjatuhkan sanksi pada Juli lalu, mempersempit ruang manuver India dalam mencari pasokan.

“Jika pembatasan makin ketat, pembeli akan semakin sulit mendapatkan minyak dari pasar abu-abu,” jelas John Kilduff, mitra di Again Capital.

Faktor Geopolitik dan Sentimen Pasar

Selain persoalan pasokan, agenda politik internasional juga memberi warna. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Shanghai Cooperation Organisation (SCO) 2025 yang dihadiri Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Perdana Menteri India Narendra Modi, membahas arah tatanan ekonomi baru yang lebih berpihak pada negara berkembang.

Menurut John Kilduff, forum ini berpotensi memicu respons tambahan dari AS, termasuk kemungkinan sanksi lebih luas terhadap India. Hal tersebut bisa semakin memengaruhi dinamika perdagangan energi global.

Dari sisi lain, data persediaan minyak mentah AS diperkirakan menurun setelah musim mengemudi musim panas berakhir. Proyeksi ini memberi tambahan sentimen positif bagi harga minyak, sebab penurunan stok biasanya mempersempit pasokan di pasar.

Tekanan dari Konflik Rusia-Ukraina dan Produksi Asia Tengah

Perang Rusia-Ukraina tetap menjadi faktor dominan. Serangan drone Ukraina menutup fasilitas pengolahan yang mewakili sekitar 17% kapasitas kilang minyak Rusia, atau setara 1,1 juta barel per hari. Gangguan ini jelas memberi tekanan pada pasokan global yang sudah terbatas.

Sementara dari Asia Tengah, Kazakstan melaporkan kenaikan produksi minyak. Pada Agustus 2025, produksi negara itu naik 2% menjadi 1,88 juta barel per hari, lebih tinggi dibanding Juli yang berada di level 1,84 juta barel per hari. Meski kenaikan ini relatif kecil, kontribusi tambahan tetap diperhitungkan oleh pasar sebagai faktor penyeimbang pasokan.

Prospek ke Depan

Secara keseluruhan, pergerakan harga minyak dunia masih akan sangat dipengaruhi dinamika geopolitik, kebijakan OPEC+, serta data permintaan energi global. Kenaikan harga pada awal September 2025 menjadi cerminan betapa rapuhnya keseimbangan pasar minyak saat ini.

Dengan ketegangan yang belum mereda di Timur Tengah, konflik berkepanjangan di Eropa Timur, dan kemungkinan kebijakan tambahan dari AS, pasar diprediksi tetap volatil. Pertemuan OPEC+ pada 7 September 2025 akan menjadi penentu arah harga berikutnya.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Tarif Listrik PLN Awal September 2025 Tidak Berubah

Tarif Listrik PLN Awal September 2025 Tidak Berubah

PLN Genjot Panas Bumi untuk Perkuat Transisi Energi Nasional

PLN Genjot Panas Bumi untuk Perkuat Transisi Energi Nasional

Produksi Minyak Mentah Malaysia Mulai Pulih Kuartal Kedua 2025

Produksi Minyak Mentah Malaysia Mulai Pulih Kuartal Kedua 2025

KAI Perkuat Layanan Logistik Retail dengan Pertumbuhan Positif

KAI Perkuat Layanan Logistik Retail dengan Pertumbuhan Positif

Rumah Murah Gresik Jadi Incaran karena Lokasi Strategis

Rumah Murah Gresik Jadi Incaran karena Lokasi Strategis