
JAKARTA - Harga batu bara global kembali menghadapi tekanan pada perdagangan Jumat, 29 Agustus 2025. Pelemahan ini terjadi seiring langkah regulasi baru pemerintah Indonesia yang mengubah aturan terkait harga jual mineral dan batu bara. Dampak kebijakan tersebut terasa langsung di pasar internasional, terutama pada kontrak batu bara Newcastle dan Rotterdam yang mencatat pergerakan variatif.
Pergerakan Harga di Pasar Internasional
Batu bara Newcastle untuk kontrak Agustus 2025 melemah tipis sebesar US$0,05 menjadi US$111,5 per ton. Untuk kontrak September 2025 justru terjadi kenaikan tipis sebesar US$0,05 menjadi US$109,6 per ton. Sedangkan harga Oktober 2025 turun US$0,3 menjadi US$110,45 per ton.
Baca Juga
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam juga menunjukkan tren penurunan. Kontrak Agustus 2025 terkoreksi sebesar US$0,25 ke level US$99,3 per ton. Kontrak September 2025 melemah lebih dalam sebesar US$0,35 ke level US$96,2, sedangkan kontrak Oktober 2025 ikut terkoreksi US$0,45 menjadi US$97,2 per ton.
Data perdagangan tersebut menunjukkan bahwa harga batu bara menyentuh titik terendah dalam tujuh pekan terakhir. Perubahan ini dipicu oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang menghapus kewajiban penambang untuk berpatokan pada harga acuan pemerintah sebagai batas minimum penjualan.
Dengan aturan baru ini, para penambang kini diperbolehkan menjual di bawah harga acuan resmi. Banyak pelaku industri menilai bahwa penggunaan Indonesian Coal Index (ICI) lebih transparan, memiliki pembaruan harga yang lebih cepat, serta cenderung lebih rendah dibandingkan harga patokan pemerintah.
Indonesia dan Dinamika Produksi Global
Indonesia sendiri masih tercatat sebagai produsen batu bara terbesar ketiga di dunia. Pada tahun 2024, produksi nasional mencapai 833 juta ton dengan volume ekspor sekitar 566 juta ton. Angka ini menegaskan posisi strategis Indonesia di pasar batu bara global.
Keputusan regulasi terbaru yang memberi ruang lebih luas bagi mekanisme pasar dipandang dapat memengaruhi dinamika perdagangan internasional. Investor dan pelaku pasar kini menyoroti apakah kebijakan tersebut akan mendorong peningkatan volume ekspor dengan harga lebih kompetitif atau justru menekan penerimaan negara.
Permintaan Global dan Pengaruh China
Di sisi permintaan, China sebagai konsumen terbesar batu bara dunia tetap memainkan peran penting. Negeri Tirai Bambu mencatat lonjakan proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara pada paruh pertama 2025. Peningkatan ini terjadi meskipun China juga menambah kapasitas energi bersih dalam jumlah besar di periode yang sama.
Kondisi ini menggambarkan kontradiksi kebijakan energi global: di satu sisi ada komitmen transisi energi bersih, tetapi di sisi lain kebutuhan batu bara sebagai sumber energi murah dan stabil tetap tinggi. Selama ketergantungan ini berlangsung, harga batu bara internasional akan terus dipengaruhi oleh perkembangan permintaan dari China.
Tren dan Proyeksi Harga Batu Bara
Sepanjang Agustus 2025, harga batu bara global telah mencatat penurunan sebesar 5,11%. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, pelemahannya jauh lebih tajam yakni mencapai 23,49%. Data ini berdasarkan perdagangan kontrak untuk perbedaan (CFD) yang merefleksikan harga acuan pasar komoditas internasional.
Secara historis, harga batu bara pernah mencapai rekor tertinggi di level US$457,80 per ton pada September 2022. Sejak saat itu, harga terus mengalami fluktuasi seiring perubahan kondisi geopolitik, dinamika energi global, hingga regulasi di negara-negara produsen utama.
Menurut proyeksi Trading Economics, harga batu bara diperkirakan akan berada di kisaran US$112 per ton pada akhir kuartal ini. Dalam jangka 12 bulan ke depan, harga berpotensi bergerak menuju level US$114,13 per ton. Meski terjadi pelemahan dalam beberapa pekan terakhir, tren jangka menengah masih menunjukkan peluang penguatan moderat.
Arah Pasar ke Depan
Perubahan regulasi di Indonesia menjadi salah satu faktor penting yang sedang diuji pasar. Jika penambang lebih leluasa menentukan harga di bawah acuan pemerintah, kompetisi ekspor bisa meningkat. Namun, hal ini juga berpotensi menekan harga global apabila pasokan lebih banyak dilepas ke pasar dengan harga relatif rendah.
Sementara itu, kebutuhan energi di negara-negara Asia, khususnya China dan India, masih akan menjadi penopang utama. Permintaan domestik yang tinggi diperkirakan menahan laju penurunan harga lebih dalam.
Dengan kondisi yang dinamis ini, batu bara tetap menjadi komoditas strategis dunia. Stabilitas harga ke depan akan banyak bergantung pada keseimbangan antara pasokan dari negara produsen seperti Indonesia serta tingkat permintaan energi di negara konsumen utama.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Suku Bunga Acuan BI: Fungsi, Tujuan dan Cara Kerjanya
- 04 September 2025
2.
Inilah Perbedaan Pajak dan Retribusi Beserta Contohnya
- 04 September 2025
3.
Panduan Lengkap Cara Menghitung Biaya Peluang Beserta Contohnya
- 04 September 2025
4.
Inilah Jenis Pinjaman Pegadaian, Gadai dan Non-Gadai!
- 04 September 2025
5.
6 Cara Mengatur Uang Bulanan 3 Juta & Metode Anggarannya
- 04 September 2025